Wawancara/Opini

Wiji Thukul: Sastra Bisa Bikin Kritis

  Sastra Bisa Bikin Kritis Sastra memang takkan terlepas dari nuansa hidup. Apa dan bagaimana manusia bertingkah laku serta berpola pikir terpotret di dalamnya. Wiji Thukul, seorang pekerja sastra telah memotret kenyataan hidup yang terpinggir dalam perhelatan sastra pinggirnya. Berkenaan dengan hal tersebut, ia menuturkan kepada IDEAS di sela-sela acara seminar Peranan Negara dalam Perkembangan …

Wiji Thukul: Sastra Bisa Bikin Kritis Selengkapnya »

Wiji Thukul: “Orde Baru Memberangus Pikiran Rakyat”

Wiji Thukul, si penyair demonstran itu, lahir di Kampung Sorogenen, Jebres, Solo, 1963. Seperti mayoritas tetangganya, ayahnya juga seorang tukang becak. Tahun 1982 ia drop-out dari SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia), jurusan tari. Pengalaman ini, dan sejumlah pengalaman lainnya — seperti menjual koran (waktu tinggal di Semarang), buruh/tukang pelitur dikampungnya, bahkan ngamen ke kota-kota lain …

Wiji Thukul: “Orde Baru Memberangus Pikiran Rakyat” Selengkapnya »

Pikiran Punya Hukum Sendiri

Pikiran Punya Hukum Sendiri Oleh: Wiji Thukul *) “Punya buku Nyanyi Sunyi-nya Pram?” seorang mahasiswa bertanya kepada kawanya yang aktivis, dengan berbisik-bisik. “Aku pengin beli. Kopiannya juga mau,” sambungnya dengan bersungguh-sungguh. Dalam kereta senja ekonomi Jakarta-Solo seorang bapak meminjam buku memoar Oei Tjoe Tat yang sedang aku tekuri. Kemudian bertanya padaku dengan pandangan terheran-heran : …

Pikiran Punya Hukum Sendiri Selengkapnya »